Selasa, 19 Oktober 2010

RAID DISK

RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merujuk kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Kata "RAID" juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan "RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).

Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.

Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya "selamat" dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut. Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio.

Pada tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines (IBM) dianugerahi paten Amerika Serikat, dengan nomor 4092732 dengan judul "System for recovering data stored in failed memory unit." Klaim untuk paten ini menjelaskan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5 dengan penulisan stripe secara penuh. Patennya pada tahun 1978 tersebut juga menyebutkan bahwa disk mirroring atau duplexing (yang kini dikenal sebagai RAID 1) dan juga perlindungan dengan paritas khusus yang didedikasikan (yang kini dikenal dengan RAID 4) bisa digunakan, meskipun saat itu belum ada implementasinya.

Istilah "RAID" pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, 9 tahun berselang setelah paten yang dimiliki oleh Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat sebagai sebuah perangat tunggal oleh sistem yang menggunakannya, dan kemudian mereka mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah paper berjudul "A Case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)" pada bulan Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa purwarupa RAID level, atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara teoritis memiliki kelebihan dan juga kekurangannya masing-masing. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson. Hal ini bisa jadi membingungkan, sebagai contoh salah satu implementasi RAID 5 dapat berbeda dari implementasi RAID 5 yang lainnya. RAID 3 dan RAID 4 juga bisa membingungkan dan sering dipertukarkan, meski pada dasarnya kedua jenis RAID tersebut berbeda.

Optical disk

Optical disk tidak menggunakan bahan yang bersifat magneti sama sekali. Optical disk menggunakan bahan spesial yang dapat diubah oleh sinar laser menjadi memiliki spot-spot yang relatif gelap atau terang. contohnya dar optical disk ini adalah CD-RW dan DVD-RW. Teknologi optical disk ini dibagi menjadi dua yaitu:

1.

Phase-change disk. disk ini dilapisi oleh bahan yang dapat mengkristal(beku) menjadi crystalline(serpihan-serpihan kristal) atau menjadi amorphous state(bagian yang tak berbentuk). Bagian crytalline ini lebih transparan, karenanya tembakan laser yang mengenainya akan lebih terang melintasi bahan dan memantul dari lapisan pemantul. Drive Phase-change disk ini menggunakan sinar laser dengan kekuatan yang berbeda. sinar laser dengan kekuatan tinggi digunakan melelehkan disknya kedalam amorphous state, sehingga dapat digunakan untuk menulis data lagi. sinar laser dengan kekuatan sedang dipakai untuk menghapus data denga cara melelehkan permukaan disknya dan membekukannya kembali ke dalam keadaan crytalline, sedangakan sinar laser dengan kekuatan lemah digunakan untuk membaca data yang telah disimpan.
2.

Dye-Polimer disk. Dye-polimer merekam data dengan membuat bump(gelombang) disk dilapisi dengan bahan yang dapat enyerap sinar laser. sinar laser ini membakar spot hingga spot ini memuai dan membentuk bump(gelombang). bump ini dapat dihilangakan atau didatarkan kembali dengan cara dipanasi lagi dengan sinar laser.


Dalam komputasi dan optik rekaman, cakram optik Atau optical disk Adalah datar, biasanya melingkar, disk yang dapat berisi audio, video atau data dikodekan dalam lubang-lubang mikroskopis pada bahan khusus di salah satu permukaan datar. Bahan pengkodean duduk di atas substrat yang lebih tebal (biasanya polycarbonate) yang membentuk sebagian besar dari disk dan membentuk sebuah lapisan defocusing debu. Mengikuti pola pengkodean yang terus-menerus, jalan spiral yang meliputi seluruh permukaan cakram dan memperluas dari terdalam terluar trek ke trek. Data disimpan pada disk dengan menggunakan laser atau mesin stamping, dan dapat diakses bila jalur data diterangi dengan dioda laser pada disc drive optik yang berputar dengan kecepatan disk sekitar 200 RPM naik menjadi 4000 RPM atau lebih tergantung pada jenis drive, disk format, dan jarak dari kepala baca dari pusat dari disk (track dalam dibaca pada kecepatan disk yang lebih cepat). Lubang-lubang atau tonjolan yang merusak pantulan sinar laser, maka kebanyakan optical disc (kecuali piringan hitam asli konsol video game PlayStation) khas penampilan memiliki warna-warni yang diciptakan oleh alur dari lapisan reflektif. Sisi sebaliknya cakram optik biasanya memiliki label dicetak, umumnya terbuat dari kertas tetapi kadang-kadang dicetak atau distempel ke disk itu sendiri. Sisi disk berisi data aktual dan biasanya dilapisi dengan bahan yang transparan, biasanya lacquer. Berbeda dengan 3 ½ inci floppy disk, optical disk paling tidak memiliki casing pelindung yang terpadu dan karena itu rentan terhadap masalah transfer data karena goresan, sidik jari, dan masalah lingkungan lainnya.

1.

Cakram optik biasanya antara 7,6 dan 30 cm (3 sampai 12 inci) diameter, dengan 12 cm (4,75 inci) menjadi ukuran yang paling umum. Disc tipikal adalah sekitar 1,2 mm (0,05 inci) tebal, sementara lagu lapangan (jarak dari pusat dari satu lagu ke pusat berikutnya) biasanya 1,6 μm (mikron).

Cakram optik dirancang untuk mendukung salah satu dari tiga jenis rekaman: read-only (misalnya: CD dan CD-ROM), recordable (write-sekali, misalnya CD-R), atau re-recordable (ditulis ulang, misalnya CD-RW) . Write-sekali cakram optik umumnya memiliki rekaman pewarna organik lapisan antara substrat dan lapisan reflektif. Disc ditulis ulang biasanya berisi rekaman paduan lapisan yang terdiri dari bahan perubahan fasa, yang paling sering AgInSbTe, sebuah paduan dari perak, indium, antimon dan telurium [1]

Cakram optik yang paling umum digunakan untuk menyimpan musik (misalnya untuk digunakan dalam pemutar CD), video (misalnya untuk digunakan di DVD player), atau data dan program untuk komputer pribadi. Optical Storage Technology Association (Beli) mempromosikan standar format penyimpanan optik. Meskipun cakram optik lebih tahan lama daripada sebelumnya audio-visual dan format penyimpanan data, mereka rentan terhadap lingkungan dan penggunaan sehari-hari kerusakan. Perpustakaan dan arsip media optik pelestarian memberlakukan prosedur untuk memastikan terus kegunaan di komputer optical disc drive atau disk sesuai player.

Untuk membuat cadangan data komputer dan transfer data fisik, cakram optik seperti CD dan DVD secara bertahap digantikan dengan lebih cepat, lebih kecil, dan lebih dapat diandalkan perangkat solid state, terutama USB flash drive. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut sebagai USB flash drive terus meningkatkan kapasitas dan penurunan harga. Demikian pula, CD player portabel pribadi telah digantikan oleh negara padat portabel MP3 player, dan MP3 musik yang dibeli atau disebarluaskan melalui Internet secara signifikan telah mengurangi jumlah CD audio yang dijual setiap tahun.

MAGNETIC DISK

Magnetic tape dan magnetik disk digunakan untuk media penyimpanan data. Mereka telah berkembang dan berubah selama bertahun-tahun, semakin kecil sambil menahan informasi lebih lanjut.

Sejarah

Sebagai aturan, ukuran media yang telah pindah dari yang sangat besar dan sangat tidak efisien, untuk kecil dan ultra-efisien. Kita telah melihat pita magnetik dengan lebar 2-inci digantikan oleh mikro-mini disk memegang ratusan kali kapasitas dan dengan lebih redundansi

Isi

Magnetic tape dan disk telah digunakan untuk menyimpan segala macam materi, dari data mentah untuk musik dan video. Mereka ditemukan untuk menjadi efisien dan mudah penyimpanan, baik bertujuan untuk analog dan konten digital. Pada kenyataannya, transisi dari analog ke digital yang dilakukan secara mudah melalui penyimpan yang bersifat magnetis.

Pertimbangan

Sebuah pita magnetik harus memutar. Sebuah disk navigasi cepat kebutuhan untuk meningkatkan konten dengan cepat, dan inilah sebabnya disk telah dengan cepat menjadi pilihan media. Meskipun demikian, IBM menjamin bahwa jarak memundurkan kaset diperkecil dengan kembali ke tengah-tengah rekaman.

Masa Depan

Media magnetik akan terus bergerak dari array statis besar digantikan yang lebih kecil dan redundant array. Tape cepat kehilangan manfaatnya.

Jenis

Pita magnetik pertama yang dimuat di gulungan terbuka dan perlu memutar. Ada juga kaset dalam kartrid yang tidak membutuhkan memutar. Namun, ini memberi jalan untuk disk, yang lebih mudah untuk memanipulasi dan tidak tunduk pada nge-jam dan melanggar.
(id: 21134/iden/4d324f/3f5) (mod: 2010-02-13 05:37:40) (c: 164)

Kamis, 30 September 2010

Sistem informasi akuntansi


NAMA : Mauri maksum
NPM : 35109288
Kelas : 2db07

Kata pengantar
Saat ini sudah banyak buku tentang aplikasi dan sebagian besar adalah membahas tentang bagaimana menggunakannya. Sering dengan model buku seperti ini pemakai yang ingin belajar dari dasar merasa kesulitan ketika akan mencoba menerapkan pada suatu masalah yang sesungguhnya. Terutama tentang aplikasi Microsoft Access. Buku ini adalah salah satu judul dari beberapa judul yang sudah ada yang membahas tentang bagaimana membuat sebuah Aplikasi dengan Microsoft Access.
Sebagai sebuah program database yang sudah cukup lama bermain di pasar database desktop, Microsoft Access dapat dikatakan memiliki banyak sekali keunggulan. Sebagai database desktop, tentu saja Microsoft Access akan lebih banyak digunakan di lingkungan dengan kebutuhan data yang tidak terlalu besar, ada yang mengatakan jika data di tempat Anda melebihi 1 juta record tiap tabelnya, janganlah menggunakan Microsoft Access. Apapun penilaiannya terhadap produk ini, setidaknya produk ini dapat digunakan sebagai suatu alat belajar tentang suatu database yang betul-betul menerapkan teknologi database terbaru dan menerapkan model Entity-Relational Database yang baik.
Selain kita dapat membuat dan menyimpan berbagai objek database, antara lain Table, Query, Form, Report, Macro, Pages, dan Module, pada Microsoft Access disediakan pula suatu bahasa “standard” di lingkungan produk Microsoft, yaitu VBA (Visual Basic for Application). Tentang VBA saat ini sudah banyak yang menggunakannya untuk memberikan fasilitas kepada pemakai untuk melakukan otomatisasi proses dalam aplikasi yang tersedia.
Dengan VBA Anda akan dapat lebih menerapkan suatu aplikasi yang lebih baik.
Melihat begitu banyaknya fasilitas dan kemampuan yang disediakan oleh Microsoft Access sebagai sebuah database yang patut untuk dipelajari, maka pada kesempatan ini penulis berusaha untuk menguraikan suatu teknik pemrograman VBA dan teknik bagaimana membangun aplikasi dengan Microsoft Access.
Studi kasus yang penulis coba angkat adalah Sistem Akuntansi Sederhana yang tentu saja hanya melibatkan beberapa rekening dan transaksi akuntansi yang sederhana pula. Mengapa penulis mengangkat kasus ini? Pada sistem akuntansi harus ada suatu proses yang membutuhkan adanya pemrograman untuk dapat menyediakan otomatisasi di dalam sistem akuntansi, seperti proses Posting, Setup Saldo, Laporan Keuangan dan Jurnal Penutup.
Dalam pembahasannya, penulis tidak dapat sendirian, karena penulis sangat membutuhkan masukan dan saran tentang sistem akuntansi digunakan dalam pembahasan buku ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada bu Cicik yang bersedia membantu penulis dalam memberikan uraiannya tentang alur akuntansi. Kiranya buku ini dapat membantu anak didiknya dalam belajar membuat aplikasi akuntansi yang sederhana. Juga kepada teman-teman yang terus mendorong selesainya buku ini. Terima kasih.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Othie yang berkenan mendukung dan menyediakan segala kebutuhan penulis selama menyelesaikan buku ini. Tak ketinggalan juga kepada Elexmedia yang berkenan menerbitkan buku ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, kepada para pembaca yang budiman, penulis haturkan beribu-ribu terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat.


Sistem Informasi Akutansi
Sistem informasi adalah serangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan ke para pengguna.
Adapun kerangka kerja sistem informasi dibagi menjadi 2 yang utama yaitu : Sistem Informasi Manajemen dan Sistem Informasi Akuntansi.

Manfaat

Sebuah SIA menambah nilai dengan cara:
• Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga dapat melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
• Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan
• Meningkatkan efisiensi
• Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan
• Meningkatkan sharing knowledge
• menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan

• Berikut pengertian-pengertian mengenai sistem informasi akuntansi (SIA) :1. Wilkinson (1991)
• Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
• 2. Gelinas, Orams, dan Wiggins (1997)
Mendefinisikan sistem informasi akuntansi (SIA) sebagai subsistem khusus dari sistem informasi manajemen yang tujuannya adalah menghimpun, memproses dan melaporkan informsi yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
• Salah satu tujuan dari pengembangan sistem informasi akuntansi adalah menambah nilai bagi perusahaan. Sistem informasi akuntansi dapat memberi nilai tambah dengan :a. Memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu.
• b. Penerapan sistem informasi akuntansi meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya dalam mengumpulkan informasi ekonomi.
• c. Membantu serta meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen.
• Analisis Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang Dagangan Secara Komputerisasi Pada Mini Market Serayu (2000)
• Analisis Sistem Penjualan Melalui Internet Pada Matahari Departement Store (2000)
• Evaluasi Efektivitas Pengendalian Intern Sistem Penjualan Piutang Dan Penerimaan Kas (Studi Kasus Pada PT. Karya Marbelindo Lestari (2002) - 9537
• Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Penjualan Berdasarkan Data Elektronik (1999) - 3001
• Evaluasi Pengendalian Intern Atas Pembelian, Penjualan Dan Persediaan Pada PT. X (2000)
• Analisa Sistem Komputerisasi Kepegawaian Dan Pembayaran Gaji Dalam Meningkatkan Pengendalian Internal Terkait Pada PT. Aplikanusa Lintasarta (2000)
• Evaluasi Efektivitas Atas Pengendalian Sistem Penjualan Berbasis Internet Pada wetmarket.com Pte. Ltd (2000)
• Analisis Sistem Informasi Penjualan Dengan Menggunakan Pengolahan Data Elektronik Pada Perusahaan Tekstil PT. Himalaya Tunas Texindo - Bandung (2000)
• Analisa Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi Atas Sistem Dan Prosedur Pembayaran Pada PT. Sion Indonesia (2000)
• Anlisis Sistem Informasi Akuntansi Pelayanan Rawat Inap Pada Rumah Sakit Jantung Harapan Kita (2000)
• Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Terhadap Pengendalian Intern Pada PT. Sharp Yasonta Antar Nusa (2000)
• Evaluasi Struktur Pengendalian Intern Atas Penjualan Kamar (Sewa) Pada Hotel Petamburan (2000)
• Analisis Sistim Informasi Akuntansi Pembelian Bahan Baku Penolong Pada PT. Krama Yudha Ratu Motor (2000)
• Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Akuntansi Penjualan Jasa Untuk Meningkatkan Pelayanan Di Mandarin Oriental Hotel (2000)
• Analisis Atas Efisiensi Dan Efektivitas Sistem Informasi Penerimaan Kas (Studi Kasus Pada Biro Perjalanan Wisata PT. Altorino Wijaya) (2000)
• Analisa Sistem Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Hero Supermarket Tbk (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Informasi Prosedur Penjualan Ekspor Pada PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk (2000)
• Analisis Sistem Penggajian Dalam Rangka Mengefektifkan Pengendalian Intern Pada Kantor Akuntan Publik X (2000)
• Analisis Sistem Informasi Penjualan Kredit Pada Penerimaaan Kas/ Bank Pada PT Indo luhur sejati (2001)
• Analisis Peranan Elektronik Data Interchange Dalam Pengendalian Pada Hero Supermarket Tbk (2000)
• Analisa Penerapan Sistem Informasi Persediaan Dalam Upaya Meminimalisasi Human Error Pada PT. X (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Penggajian Karyawan Yang Terkomputerisasi Pada PT. Istana Kebon Jeruk (2000)
• Analisis Terhadap Sistem Informasi Pengadaan Barang Dagang Pada Pasar Raya (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Pembeliaan Suku Cadang Pada PT. Indomobil Suzuki International (2000)
• Evaluasi Terhadap Pengendalian Intern Atas Sistem Pembelian Impor Yang Terkomputerisasi Pada PT. Otto Perkasa Indomulia (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Pembelian Suku Cadang Pada PT. Indomobil Suzuki Internasional (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Penggajian Yang Terkomputerisasi Pada PT. PLN Persero (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Informasi Pendapatan Pada PT. Primasia Securities (2000)
• Analisis Sistem Penggajian Dalam Rangka Mengefektifkan Pengendalian Intern Pada Kantor Akuntan Publik (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Penggajian Karyawati Yang Terkomputerisasi Pada PT. Istana Kebon Jeruk (2000)
• Analisa Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT. Indo Mental Central Tama Industry (2000)
• Analisa Pengendalian Intern Pada Sistem Pembeliaan Suku Cadang PT. (Persero ) Djakarta Lloyd (2000)
• Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT. Setia Jaya (2000)
• Evaluasi Penerapan Sistem Penggajian Yang Terkomputerisasi Pada PT. Toko Gunung Agung (2000)
• Analisis Sistem Informasi Penjualan Dengan Menggunakan Pengolahan Data Elektronika Pada Perusahaan Textil PT. Himalaya Tunas Texini Bandung (2000)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Pembelian Bahan Baku Di PT. Lingkar Matra (2000)
• Evaluasi Efisiensi Sistem Informasi Penggunaan Obat-Obatan (Studi Kasus RS Immanuel) (2000)
• Evaluasi Atas Efektivitas Dan Efisiensi Sistem Informasi Persediaan (Studi Kasus PT. Adhika Global Kencana) (2001)
• Analisa Sistem Informasi Freight Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Pada Perusahaan Hapag Lloyd Container Line (2001)
• Analisis Penerapan Sistem Informasi Berbasis Intranet Untuk Aplikasi Persediaan Pada PT. X (2001)
• Analisis Kemungkinan Penerapan Sistem Informasi Terpadu (Terkomputerisasi) Pada Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan (2001)
• Analisis Penerapan Sistem Informasi Terpadu (Terkomputerisasi) Pada Pelayanan Rawat Jalan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Daerah Tarakan (2001)
• Analisa Sistem Informasi Akuntansi Pembelanjaan Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank X (2001)
• Analisa Sistem Informasi Penjualan Barang Melalui Internet PT. Elek Media Komputindo (2001)
• Analisa Sistem Informasi Akuntansi Atas Pelayanan Jasa Hotel (Studi Kasus Pada Hotel Banian Boulevar (2001)
• Analisis Sistem Informasi Atas Jasa Pelayanan Medical Check-Up Pada Rumah Sakit Pondok Indah (2001)
• Evaluasi Penerapan Sistem Penggajian Yang Berbasis Komputer Pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Soekarno- Hatta (2001)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Informasi Pelayanan Penyewaan Di Apartemen Golf Pondok Indah (2001)
• Evaluasi Penerapan Sistem Pembelian Impor Pada PT. Indomobil Suzuki Internasional (2001)
• Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pelayanan Peti Kemas Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II (2001)
• Analisa Sistem Informasi Pelayanan Nasabah Ritail Pada Bank Universal Tbk (2001)
• Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Sistem Pelayanan Jasa Peti Kemas Di PT. Jakarta International Container Terminal (2001)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Atas Sistem Akuntansi Penjualan , Piutang Dan Penerimaan Kas Di Pertamina (2001)
• Analisis Perencanaan Strategis Dalam Pengembangan Sistem Informasi Untuk Nasabah Pada Beberapa Retail Banking Yang Sudah Go Public (2001)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Penggajian Terkomputerisasi Pada PT. Ayu Mas Agung (2001)
• Analisa Sistem Informasi Akutansi Terhadap Pembayaran Klaim Asuransi Manulife Financial Terhadap Nasabahnya (2001)
• Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Siklus Pendapatan Pada Hotel Cempaka Sari (2001)
• Usulan Rancangan SIA Pengelolaan Dana Kegiatan Mahasiswa Untuk Meningkatkan Pengendalian Internal (2001)
• Analisis Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT. X (2001)
• Sistem Analisis Dan Desain Prosedur Penjualan Pada PT. Mitra Sarana Purnama.(2002)
• Evaluasi Atas Sistem Informasi Perhotelan Untuk Mendukung Pengumpulan Dan Penentuan Cost Layanan (Study Kasus Pada Hotel Seruni Batam) (2002)
• Analisis Terhadap Sistem Pengendalian Penjualan Dengan Basis Tekhnologi Informasi Pada PT. Astra Graphia Tbk (2002)
• Evaluasi Efektivitas Sistem Informasi Penghimpunan Dana Deposito Mudharabah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (2002)
• Analisa Pengendalian Intern Pada Sistem Penagihan Jasa Internet PT. Widya Cakra Putra Pertiwi (2002)
• Analisis Sistem Informasi Pelayanan Nasabah Retail Pada Bank Internasional Indonesia (2002)
• Analisis Sistem Informasi Produk Layanan Gaji Dari Bank Internasional Indonesia Dengan Penggunaan Perangkat Lunak LG PC (2002)
• Analisis Sistem Informasi Penjualan Karcis Langganan Tol (KLT) Dalam Kota Jakarta Pada PT. Jasa Marga (2002)
• Analisis Sistem Informasi Penjualan Pada PT. Tiara Permata Sari (2002)
• Evaluasi Efektivitas Pengendalian Intern Sistem Penjualan Piutang Dan Penerimaan Kas (Studi Kasus Pada PT. Karya Marbelindo Lestari (2002)
• Evaluasi Atas Sistem Informasi Untuk Pengumpulan Dan Penentuan Biaya Layanan Jasa Hotel Cempaka (2003)
• Analisis Sistem Penjualan Melalui Internet Pada PT. Graha Kemang Sentosa (2003)
• Analisis Pengendalian Internal Atas Sistem Informasi Persediaan Pada Hotel Quality Bandara (2003)
• Evaluasi Penerapan Sistem Penggajian Yang Berbasis Komputer Pada PT. Elnusa Geosains (2003)
• Analisa sistem penagihan jasa ABSI (Assimetric Digital Subscriber Line ) pada PT X (2003)
• Analisis pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha di Bank Bni 46 (2004)
• Analisa sistem pengendalian intern terhadap sistem pelayanan nasabah melalui media ATM dan Tele Banking pada Bank BNI 46 (2004)
• Analisis pengendalian internal sistem pendapatan dalam perusahaaan jasa penyediaan layanan telekomunikasi akses internet (Telkomnet @ Instant) pada PT. Telkom (2004)
• EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN BAHAN BAKU (STUDI KASUS PADA PT.PENJALINDO NUSANTARA (2000) 561
• ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM LEGIATAN OPERASIONAL ATM PADA BANK XYZ (2000) 562
• PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAYARAN GAJI YANG BERBASIS KOMPUTER PADA PT.EP (2000) 563
• EVALUASI ATAS PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBELIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (STUDI KASUS PADA BANK X) (2000) 564
• ANALISIS SISTEM PENJUALAN,PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS SECARA KOMPUTERISASI PADA PT.DHARMA POLIMETAL (2000) 565
• ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENGENDALIAN PIUTANG YANG TERKOMPUTERISASI PADA PT.X (2000) 566
• ANALISA PENANGANAN ORDER PENJUALAN PADA SISTEM PENJUALAN PT ERCO UTAMA MANDIRI PERSADA (2000) 567
• ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFESIENSI SISTEM PENJUALAN MELALUI MEDIA INTERNET (STUDI KASUS PADA PT INTEGRASI) (2000) 568
• ANALISIS SISTEM KOMPUTERISASI TERHADAP PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT.HARDAYA ANEKA SHOES INDUSTRY (2000) 569
• EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGGAJIAN YANG BERBASIS KOMPUTER PADA PT.INDOSAT (2000) 570
• ANALISA PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI YANG TERKOMPUTERISASI PADA PENGOPERASIAN ATM (STUSDI KASUS ATAS BANK XYZ (2000) 571
• ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN SECARA KOMPUTERISASI YANG DI TETAPKAN PT INTRACO PENTA (2000) 572
• Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Perusahaan Perbankan (2007) 235
• Anaslisis dan Perancangan sistem Informasi Penjualan dan Piutang Dagang PT Mambruk energy International (2007) 236
• Efektivitas sistem Pengadaan Barang yang Berbasis Komputer PT.Caltex Pacific Indonesia (2007) 259
• Analisis Pengendalian Intern pada Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Expor di Krakatau Steel (2007) 281
• ANALISIS SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT RIASIMA ABADI (2007) 367
• PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUM PERURI (2007) 529
• Lingkungan bisnis bukan hanya rumit tetapi juga dinamis. Oleh sebab itu manajer harus membuat keputusan dengan cepat terutama dengan munculnya masalah manajemen dengan munculnya pemecahan yang memadai.
• Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal membangun SIM karena :
• 1. Kurang organisasi yang wajar
• 2. Kurangnya perencanaan yang memadai
• 3. Kurang personil yang handal
• 4. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
• Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan SIM agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka SIM yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang.
• Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan. SIM menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika.

Tulisan yang patut dibaca, tulisan yang mencerahkan dan memotivasi hidup. Uang harus dicari bukan demi uang tapi untuk menjadikan hidup ini lebih hidup agar dapat mencapai kesempurnaan finansial (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/11/22/06095283/kesempurnaan.finansial) KOMPAS.com – Kemandirian finansial adalah kondisi yang memberikan rasa aman dari persoalan keuangan. Tingkatan yang lebih tinggi dari kemandirian finansial adalah kesempurnaan finansia

Pada dekade terakhir revolusi informasi telah mengubah cara organisasi-organisasi melakukan bisnis. Manajemen dan akademisi memandang sistem informasi (SI) dari peran pendukung ke peran stratejik. Penelitian dalam bidang SI menunjukkan bahwa organisasi mempunyai peranan yang berbeda-beda untuk SI dalam operasinya dan bahwa berbagai aspek perencanaan stratejik SI akan sangat bergantung pada peranan SI.


Tujuan

Memiliki nilai dan sikap pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai
tenaga pembangunan di bidang akuntansi.
Mampu mengisi jabatan-jabatan dan dapat melaksanakan tugas-tugas operasional di bidang
akuntansi dengan baik.
Memiliki etos kerja yang tinggi.
Mampu mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu
pengetahuannya untuk melaksanakan praktek di bidang akuntansi.

Konsep pertanggungjawaban (stewardship) telah mendominasi laporan keuangan selama bertahun-tahun. Dipandang dari perspektif ini, manajer merupakan penanggung jawab atas penjagaan aktiva, peningkatan kekayaan ekuitas investor dan perlindungan trhadap kreditor. Stewardship merupakan konsep masa lalu, yang menggunakan neraca dan laporan laba rugi dengan tujuan mengevaluasi sejauh mana efektivitas manajer sebagai penanggung jawab modal yang telah di investasikan. Meskipun stewardship tetap menjadi dimensi penting dalam dalam akuntasi keuangan terutama terkait dengan perjanjian seperti penentuan bonus manajer serta penyisihan atas perjanjian utang, tingkat kepentingannya telah berkurang.Informasi Untuk Pengambilan Keputusan
Perubahan dalam akuntansi menjadi perspektif informasi (information perspective) praktismenekankan informasi yang relevan untuk keputusan usaha dan lebih menekankan standar akuntansi sebagi alat prediksi dan kegunaannya dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan alat pengukur tanggung jawab dan kinerja. Ide untuk menyajikan informasi pada pemakai dan membiarkan pemakai menilai dampaknya telah mengubah penetapan standar dari pengukuran dampak transaksi pada laporan keuangan (pengukuran) menjadi pelaporan informasi yang berguna pada catatan atas laporan keuangan (pengungkapan). Perspektif informasi memiliki implikasi utama terhadap analisis keuangan. Pertama, penekanan pada keputusan investasi meningkatkan kegunaan laporan keuangan untuk analisis keuangan. Kedua, perubahan dan pengukuran menjadi pengungkapan meningkatkan baik kebutuhan maupun cakupan keahlian analisis akuntansi bagi para pemakai laporan keuangan.
Manfaat
Dewasa ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang ketat, perusahaan dituntut harus mampu memperoleh dan mengelola sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengendalian terhadap biaya produksi. Untuk itu diperlukan suatu alat bagi manajemen dalam mengelola biaya produksi, yaitu akuntansi pertanggungjawaban yang mengharuskan setiap manajer pusat pertanggungjawaban untuk selalu bertanggungjawab atas wewenang yang diterimanya, termasuk masalah biaya yang terdapat dalam anggaran yang telah dibuat sebelumnya oleh masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban untuk memudahkan pimpinan menilai kinerja manajer yang bersangkutan. Penulis melakukan penelitian pada PT. Daya Mekar Tekstindo yang berlokasi di JL. Raya Batujajar KM 5,5 Bandung. Objek penelitiannya adalah manfaat akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember. Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah metode analisis diskriptif dengan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Sedangkan untuk memperoleh data, dilakukan penelitian lapangan dan didukung dengan penelitian kepustakaan . Hasil yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban di PT. Daya Mekar Tekstindo bermanfat dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya hal-hal berikut : 1. Penerapan syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban di PT. Daya Mekar Tekstindo dengan adanya struktur organisasi dan wewenangnya, pengklasifikasian kode rekening, anggaran yang disusun, dan adanya laporan pertanggungjawaban. 2. Karakteristik akuntansi pertanggungjwaban di PT. Daya Mekar Tekstindo dengan adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, standar tolak ukur kinerja manajer, pengukuran kinerja manajer, dan pemberian penghargaan / hukuman. 3. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi dengan adanya penyajian informasi anggaran biaya produksi, realisasi, dan selisihnya serta penyajian anggaran kuantitas produksi dan realisasinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu manajemen menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Namun tidak seluruh syarat akuntansi pertanggungjawaban telah diterapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan, antara lain : dicantumkannya kode bagian untuk para manajer, pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.
Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas / equities yang dapat mendatangkan manfaat di masa depan.

1. Harta Lancar / Aktiva Lancar / Current Assets
Harta lancar adalah harta yang berbentuk uang tunai maupun aktiva lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam jangka satu tahun.
Contoh : piutang dagang, biaya atau beban dibayar di muka, surat berharga, kas, emas batangan, persediaan barang dagang, pendapatan yang akan diterima, dan lain sebagainya.

2. Harta Investasi / Aktiva Ivestasi / Investment Assets
Harta Investasi adalah harta yang diinvestasikan pada produk-produk investasi untuk mendapatkan keuntungan.
Contoh : Reksadana, saham, obligasi, dan lain-lain.

3. Harta Tak Berwujud / Intangible Assets
Aset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Contoh : Merk dagang, hak paten, hak cipta, hak pengusahaan hutan / hph, franchise, goodwill, dan lain sebagainya.

4. Harta Tetap / Aktiva Tetap / Fixed Assets
Harta tetap adalah harta yang menunjang kegiatan operasional perusahaan yang sifatnya permanen kepemilikannya.
Contoh : Gedung, mobil, mesin, peralatan dan perlengapan kantor, dan lain-lain.

5. Harta Lainnya / Other Assets
Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta atau aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset investasi, aset tak berwujud dan aset lancar.
Contoh : Mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan yang sah, dan lain-lain.

B. Kewajiban / Hutang / Pasiva / Liabilities

Hutang adalah kewajiban perusahaan pada pihak ketiga untuk melakukan sesuatu yang pada umumnya dalah pembayaran uang, penyerahan barang maupun jasa pada waktu-waktu tertentu.
1. Hutang Lancar / Kewajiban Lancar / Current Liabilities
Hutang lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo satu tahun.
Contoh : hutang dagang, beban yang harus dibayar, hutang dagang, hutang pajak, pendapatan diterima di muka, dan lain sebagainya.
2. Hutang Jangka Panjang / Long-Term Liabilities
Hutang jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari setahun.
Contoh : Hutang hipotek, hutang obligasi yang jatuh tempo lebih dari setahun, hutang pinjaman jangka panjang, dan lain sebagainya.
3. Hutang lain-lain / Other Payable
Perkiraan atau akun ini digunakan untuk mencatat hutang lain yang tidak termasuk pada hutang lancar dan hutang jangka panjang.
Contoh : uang jaminan, hutang pada pemegang saham, dan lain sebagainya.
C. Modal / Capital
Modal adalah hak milik atas kekayaan dan harta perusahaan yang berbentuk hutang tak terbatas suatu perusahaan kepada pemilik modal hingga jangka waktu yang tidak terbatas. Rumus modal adalah harta atau aset dikurangi dengan kewajiban atau hutang.
Contoh Modal : modal disetor, prive, modal komanditer, laba ditahan, agio saham, saham preferen & biasa, simpanan-simpanan, sisa hasil usaha atau shu, dan lain sebagainya.
proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakaiPencatatan dalam akuntansi pada umumnya berdasarkan dua sistem yaitu basis kas dan basis akrual.ASIS KAS (Cash Basis) Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan.BASIS AKRUAL (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi (Aktiva = Kewajiban + Modal). Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan yang harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984.
Secara sederhana koperasi merupakan perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum tersendiri yang mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan bukan merupakan pemusatan modal atau merupakan kebendaan.
Koperasi juga merupakan wadah demokrasi ekonomi dan sosial milik bersama
para anggota, pengurus maupun pengelola.
Koperasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ;
1. Perkumpulan orang
2. Pembagian keuntungan menurut perbandingan jasa yang dibatasi.
3. Tujuannya meringankan beban ekonomi anggotanya, memperbaiki kesejahteraan
anggotanya, pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
4. Modal tidak tetap, berubah menurut banyaknya simpanan anggota.
5. Tidak mementingkan pemasukan modal/pekerjaan usaha tetapi
keanggotaan
pribadi dengan prinsip kebersamaan.
6. Dalam rapat anggota tiap anggota masing-masing satu suara tanpa memperhatikan
jumlah modal masing-masing.
7. Setiap anggota bebas untuk masuk/keluar (anggota berganti) sehingga dalam
koperasi tidak terdapat modal permanen.
8. Seperti halnya perusahaan yang terbentuk Perseroan Terbatas (PT) maka Koperasi
mempunyai bentuk Badan Hukum.9. Menjalankan suatu usaha.
10. Penanggungjawab koperasi adalah pengurus.
11. Koperasi bukan kumpulan modal beberapa orang yang bertujuan mencari laba
sebesar-besarnya.
12. Koperasi adalah usaha bersama kekeluargaan dan kegotongroyongan. Setiap anggota berkewajiban bekerja sama untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan para anggota.
13. Kerugian dipikul bersama antara anggota. Jika koperasi menderita kerugian, maka para anggota memikul bersama. Anggota yang tidak mampu dibebaskan atas beban/tanggungan kerugian. Kerugia dipikul oleh anggota yang mampu.
Dalam melakukan kegiatannya koperasi dapat juga kerja sama dengan badan usaha lain misalnya perusahaan swasta atau perusahaan negara yang diatur oleh lembaga- lembaga yang terdiri dari ; Rapat Anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa.
Rapat anggota
Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi
tetapi apabila diperlukan dapat juga diangkat Dewan Penasehat.
Tugas Rapat anggota menetapkan ;
1. Anggaran Dasar,
2. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi, serta
pelaksanaan keputusan koperasi.
3. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas
.DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.A., 2000, Small and Medium Enterprise: Some Pertient Issues, Small and
Medium Enterprise in Asia Pacific Countries: Rules and Issues,
Vol. 1, Huntington, NY:Nova Science Publishers. p.56-65.
Ainsworth, Penne, Dan Deines, R. David Plumlee and Cathy Xanthaky Larson, 2000,
Introduction to Accountin.,Irwin McGraw-Hill.
Al-Shaikh, Fuad N., 1998, Factors for Small Business Failure in Developing Countries.
ACR, 6 (1), 75-86.
Barbara, Orser, J: Sandy Hogarth-Scott, and Allan L. Riding, 2000, Performance, Firm
Size, and Management Problem Solving, Journal of Small Business Management.
p.112-120.
Basuki, 2000, Sosialisasi Profesi Akuntan dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan
Menengah: Suatu Pendekatan Teoritis dan Historis, Majalah Ekonomi, Tahun X,
No. 3.
Belkaoui, A.R., 2000, Accounting Theory, Fourth Edition, Business Press, Thomson
Learning.
Blackwood, Tony and Graham, Mowl, 2000, Expatriate-Owned Small Business
Measuring and Accounting for Sucsess, International Business Management.
Bodnar, George H, and William S. Hopwood, 2001, Accounting Information System,
Eight Edition, Prentice Hall.
Bonner, S.E and Walker, P.L., 1994, The Effects of Instruction and experience on The
Acquitition of Auditing Knowledge, The Accounting Review, Vol. 69. No. 1. 157-
178.
Calderon, Thomas G., 1990, Reporting Entity Size and The need For Accounting
Information, Akron Business and Economic Review, Vol. 21 No. 1.
Day, John, 2000, The Value and Importance of Small Firm to The World Economy,
Europen Journal of Marketing, Vol. 34, No. 9/10.
Dodge, Robert, and John, E. Robbin, 1992, An Empirical Investigation of The
Organization Life Model for Small Business Development and Survival, Journal
Business Management.
Abdullah, M Faisal 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank. Malang: UMM Press.
Anonim.1991. Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991.
Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Citra Umbara.
Anonim. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jakarta: Citra Umbara.
Anwari, Achmad. 1997. Leasing Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Beams, Floyd A. dan Amir Abadi Jusuf. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta Salemba Empat
Bank Indonesia, 2001 Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 Jakarta, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting (Edisi 8). Yogyakarta: BPFE.
Brotowidjojo, D., Mukayat. 1991. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty.
Drebin, Allan R 1989. Advanced Accounting . Jakarta, diedarkan oleh Binarupa Aksara
Edwards, James Don, dan Homer A. Black, 1979. The Managerial and Cost Accountant’s Handbook. Dow Jones Irwin Homewood Illinois.
A1
Hammer, Lawrence H., William K. Carter dan Milton F. Usry. 1993. Cost Accounting, Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen 1995. Cost Management: Accounting and Control, Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing.
Horngren, Charles T. dan George Foster. 1994. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. New Jersey : Prentice Hall.
Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP-122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974.
Kieso, E., Donald, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2004. International Edition: Intermediate Accounting. Eleventh Edition. John Wiley & Sons.
Rayburn, Gale. 1999. Akuntansi Biaya: dengan menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya, Edisi Keenam Jilid 1 Erlangga Jakarta.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen. diterjemahkan Sri Djatnika. Jakarta, Salemba Empat
Soekadi, Eddy P. 1990. Mekanisme Leasing. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suparwoto.L.1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta BPFE-YOGYAKARTA
Syarief, Agus. 2003. Akuntansi Sekolah Menengah Umum Bandung. CV REGINA
Taswan. 2005. Akuntansi Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. Yogyakarta. UPP AMP YKPNA2Thacker, Ronald J. 1987. Accounting Principles. Second Edition. New York: Mc. Graw Hill.Inc.Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Walter G. Kell. 1996. Accounting Principles. 4th Edition. John Wiley & Sons.Widjaya, T., Amin & Djohan, T., Arif. 1997. Akuntansi Leasing. Jakarta:Rineka Cipta.Yendrawati, Reni. 2003. Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Yogyakarta, EKONISIA